Ketika Janji itu terucap Part 1

Well, mungkin isi dari post kali ini bukan lah seperti yang anda bayangkan ataupun seperti judul yang anda lihat tapi mari di view ae.

Cerita ini berawal dari saat gue SD dimana saat itu gue bisa di bilang orang yang sangat polos sampai-sampai gue hanya mengangguk saja saat di tanyakan sesuatu.

Ujian yang saat itu selesai n' beberapa hari sebelum pembagian rapot di bagikan gue pun di panggil beserta orang tua gue n' ternyata gue saat itu mendapatkan peringkat 1 meskipun begitu gue bukan 1-1 orang yang bisa mendapatkan peringkat tersebut karena ada 2 orang yang seharusnya mendapatkan peringkat 1.

Gue yang saat itu masih sangat polos n' saat di tanya apakah gue ingin mendapatkan peringkat 1 atau tidak gue pun hanya terdiam tanpa kata n' akhirnya gue tanya lagi tapi kali ini gue di sarankan untuk mengalah mendapatkan peringkat 1 itu, gue pun terdiam untuk sesaat tapi gue pun akhirnya di tawarkan sebuah kue n' gue pun akhirnya mundur menjadi peringkat 2.

Gue pun naik ke kelas 3 n' gue pun mendapatkan sebuah pilihan untuk tetap tinggal di sekolah yang sekarang atau ke sekolah yang baru tetapi gue pun memilih untuk pindah agar tidak terjadi problema kembali. Gue pun yang mulai untuk bertanya akhirnya mendapatkan namanya (saingan gue). Dia adalah Helvetika n' biasa di panggil Tika, saat itu gue n' kawan-kawan yang lain terlibat dalam sebuah pertengkaran yang masih continue sampai sekarang n' gue pun mengerti bagaimana awal mula permusuhan antar sekolah itu di mulai.

Kelas 4 menjadi saat dimana gue akhirnya dapat berteduh di sebuah ruangan yang akhirnya membuat reda pertikaian yang sempat terjadi. Gue yang saat itu bisa di bilang tidak mempunyai musuh n' sekaligus gue yang masih menurut saja akhirnya dapat berteman baik dengan teman lama.

Waktu pun berlalu n' gue pun akhirnya mengalami proses kelabilan yang membuat gue galau akan hal itu. Isti namanya seorang gadis belia yang mungkin saat itu menjadi pusat perhatian gue n' gue pun harus berkompetisi dengan seorang anak yang bisa di bilang tajir tapi sayang malas.

Gue pun akhirnya mengalami yang namanya terpojok sehingga tanpa sadar gue akhirnya menyatakan kalau gue suka di depan umum n' alhasil gue pun di tolak n' dia pun pergi menjauh dari gue saat itu tetapi gue masih enjoy aja.
Beberapa saat setelah semua orang pergi menjauh akhirnya dia balik lagi menghampiri gue n' bilang ke gue kalau dia mau menerima gue sebagai co'a saat itu. Tetapi emosi gue yang saat itu sudah mengambil alih tubuh gue akhirnya mengajukan sebuah pertanyaan yang mungkin sangat menyakitkan n' alhasil dia pun hanya terdiam tanpa kata yang akhirnya gue pun masih menjadi seorang jomblo.

Gue pun naik ke kelas 5 tanpa gue sadari n' gue pun akhirnya lebih berpikir fokus ke depan n' alhasil gue pun mulai melupakan masa lalu demi menyambut hari yang cerah.

Amanda seorang sosok wanita yang bisa di bilang saat itu menjadi salah satu dari 4 ce yang di idolakan di SD gue selain Nurush, Rika, & Nadia yang akhirnya menarik perhatian gue tapi gue hanya dapat memandanginya dari dekat saja.

Beberapa bulan waktu baru berjalan n' tersebar gosip yang tidak benar di sekolah gue saat itu.
Amanda yang saat itu mendapat menstruasi pertamanya yang terjeplak jelas di rok putihnya saat itu cuz hari itu gue berseragam batik n' membuat geger 1 angkatan gue. Komplotan co yang saat itu belum mengerti apa yang terjadi termasuk gue akhirnya menyalahkan gue walaupun gue akui gue orang terakhir yang bersama dia saat itu tetapi gue hanya bersama nya sampai di WC seusai olah raga yang di adakan pagi hari.

Kelas 6 merupakan tahun terakhir kami bersama n' kami pun memutuskan untuk berenang bersama, 1 angkatan pun akhirnya setuju n' semuanya berjalan dengan sukses dengan canda tawa n' senyum dari setiap orang yang masih teringat dengan kuat di dalam memori gue.

No comments:

Post a Comment

Copyright © Sebuah Perjalanan